PDF| On Dec 26, 2021, Rahmad Mahadir Hasibuan and others published Total Kolesterol HDL, LDL dan Trigliserida Darah Ayam Broiler yang Diberi Tepung Daun Apu-Apu (Pistia stratiotes) dalam Ransum Belatungyang digunakan untuk pakan bibit lele atau jenis ikan lainnya dihasilkan dari proses fermentasi. azola pinata (moto lele atau kayu apu). Bisa ditanam secara terpisah atau menjadi satu dengan kolam induk. (bebek, ayam, burung puyuh), khususnya untuk mendapat unggas yang mati. Biasanya karena tingkat polusi kandang memicu Ayamelba hadir sebagai solusi untuk memuhi tingginya permintaan telur ayam kampung. ayam siap produksi. Selain itu, buku ini dilengkapi pula dengan teknik pengelolaan produksi, penetasan telur, manajemen pakan, sampai analisis usaha. WHY CHOOSE US? oleh Dr. Ir. M. Ahkam Subroto Mapp. Sc. APU Stok Tersedia. Rp 28.000 Rp 23.800 Panen Fast Money. Oleh M. Alvian Azwar Anas, S. Pt. Alumni Fakultas Peternakan UGM Pakan merupakan salah satu komponen paling penting dalam pemeliharaan ayam. Pakan sendiri merupakan komponen biaya yang paling besar dalam pemeliharaan ayam, yaitu dapat mencapai sekitar 70% biaya pemeliharaan. Pakan merupakan bahan yang mengandung berbagai nutrien yang penting untuk metabolisme ternak. Kandungan nutrien pada pakan sendiri nantinya akan dapat dicerna oleh tubuh ternak sebagai bahan baku produksi baik daging maupun telur, reproduksi, aktifitas fisik, dan sisanya akan terbuang bersama dengan ekskreta 1 . Ransum pakan ayam atau unggas sendiri biasanya terdiri dari pakan butiran jagung, beras, kacang-kacangan, milet, jewawut, ketan hitam, gabah, dll., pakan komplit atau pakan jadi, dan pakan asal hewani bekicot, tepung ikan, siput, ikan rucah, ikan sapu sapu, limbah rajungan, cangkang udang dll serta pakan konsentrat 2 . Peternak ayam di Indonesia sendiri umumnya menggunakan campuran jagung, bekatul, dan konsentrat sebagai campuran ransum untuk ayam yang dipelihara. Pakan, berdasarkan cara pemberiannya, dapat dibedakan menjadi pakan konsentrat dan pakan komplit. Pakan komplit adalah pakan yang diproses dengan teknologi modern yang higinies yang memiliki nilai gizi dengan kisaran protein 17โ€“ 23% dan telah disusun sesuai kebutuhan ternak serta pemberiannya tidak perlu dicampur dengan bahan pakan lain 2 . Bahan pakan penyusun pakan komplit umumnya terdiri dari dedak, jagung, tepung ikan, bungkil kedelei, bungkil kelapa, tepung daging dan tulang, pecahan gandum, bungkil kacang tanah, canola, tepung daun, vitamin, kalsium, fosfat dan trace mineral. Bahan pakan penyusun konsentrat umumnya adalah Soya Bean Meal SBM, Meat Bone Meal MBM, Corn Glutein Meal CGM, tepung ikan, tepung tulang, Palm Oil, premix, vitamin, asam amino esensial, dan mineral esensial 4 . Pakan konsentrat terdiri dari 2 jenis yaitu pakan konsentrat sumber energi dan pakan konsentrat sumber protein yang memiliki kandungan protein mencapai 27โ€“42%. Pakan konsentrat biasanya diberikan dengan cara dicampur dengan bahan pakan lainnya 2 . Pemilihan bentuk pakan perlu diperhatikan oleh peternak karena bentuk fisik pakan akan mempengaruhi konsumsi pakan 11 . Pakan, berdasarkan bentuknya, dapat dikategorikan menjadi beberapa macam antara lain 3 a. Mash Pakan bentuk tepung mash biasanya diberikan untuk ayam petelur fase grower dan layer dan puyuh petelur fase stater dan layer 3. Ransum bentuk ini memiliki kelemahan mudah tercecer dan sifat memilih ayam karena pakan yang tidak halus, namun bentuk ransum ini memiliki keuntungan yaitu harganya lebih murah 6 . Bentuk pakan mash juga tidak efisien bagi ayam karena ayam harus mengeluarkan energi lebih banyak untuk mengonsumsi pakan yang berbentuk mash 9 . Pakan mash tidak palatable, lengket dan cenderung melekat di tempat pakan sehingga menyulitkan unggas untuk memakannya 10 . b. Pellet Pakan bentuk pellet biasanya diberikan untuk ayam petelur fase layer dan ayam pedaging fase finisher 3. Pakan bentuk pellet cenderung mengurangi jumlah pakan yang hilang di dalam litter dibandingkan dengan pakan mash. Pakan bentuk pellet memiliki konversi yang lebih baik dibandingkan dengan pakan bentuk mash yaitu 1,8 berbanding 1,9 5 . c. Crumble Crumble merupakan tipe ransum yang dihasilkan dari campuran bahan pakan pada mesin pellet dan kemudian pellet dihancurkan dengan ukuran lebih kasar dari mash 6 . Pakan bentuk crumble pecahan pellet, biasanya untuk ayam pedaging fase stater, ayam petelur fase starter, grower dan layer, dan puyuh fase stater dan grower 3 . Pakan bentuk crumble cenderung mengurangi jumlah pakan yang hilang di dalam litter dibandingkan dengan pakan mash. Bentuk pakan untuk menghasilkan konversi pakan yang baik untuk unggas adalah pakan bentuk crumble dan pellet dibandingkan dengan mash 5 . Ransum bentuk crumble memberi hasil yang lebih baik karena bioaktif dapat tercampur secara homogen didalam pakan yang dikonsumsi 7 . Pakan crumble memiliki sifat tidak berdebu dan mudah untuk dikonsumsi, sehingga meningkatkan efisiensi pemberian pakan 8 . d. Kibble Pakan bentuk kibble campuran dari bentuk pellet, mash dan bijian pecah, bentuk ini jarang digunakan hanya pabrikan pakan tertentu yang menggunakan dan biasanya untuk ayam petelur fase layer. Daftar Pustaka 1 McDonald, P., Edwards, & Greenhalg. 1994. Animal Nutrition. 4th edition. Longman Scientific and Technical. New York. 2 Universal Agri Bisnisindo. 2002. Global Feed. Trobos No. 32 Mei 2002. 3 Diwarta. 2013. Pakan Konsentrat Ternak. 4 Purnamasari, D. K., Erwan, Syamsuhaidi, M. Kurniawan. 2016. Evaluasi Kualitas Pakan Komplit dan Konsentrat Unggas yang Diperdagangkan di Kota Mataram. Jurnal Peternakan Sriwijaya. Vol. 51. 30 โ€“ 38. 5 Munt, R. H. C., J. G. Dingle and M. G. Sumpa. 1995. Influence of Feed Form Broiler Performance. 6 Marzuki, A. dan B. Rozi. 2018. Pemberian Pakan Bentuk Cramble dan Mash Terhadap Produksi Ayam Petelor. Jurnal Ilmiah INOVASI, Vol. 181 29-34. 7 Retnani Yuli, L. Herawati dan S. Khusniati. 2011. Uji Sifat Fisik Ransum Broiler Starter Bentuk Crumble Berperekat Tepung Tapioka, Bentonit dan Onggok. JITP 8 Kartadisastra, H. R. 1994. Pengelolaan Pakan Ayam. Kanisius. Yogyakarta. 9 Rasyaf. 1992. Produksi Dan Pemberian Ransum Unggas, Kanisius. Yogyakarta 10 North, M. O. 1978. Commercial Chicken Production Manual 2 nd ed. AV I Publishing Co. Westport, Connecticut. 11 Auckland, J. N. and R. B. Fulton. 1972. The effects of dietary nutrient concentration, crumbles versus mash and age of dam on the growth of broiler chicks J. Poult. Sci. 51 1968-1975. Apu-apu merupakan salah satu tanaman air yang mempunyai potensi untuk dijadikan campuran pakan pada ransum ayam. Apu-apu mengandung serat, nilai nutrient, dan produksi biomassa bahan kering yang cukup tinggi sebesar 16,1 ton BK/ha/tahun Reddy dan Debusk, 1985. Penggunaan apu-apu dapat meningkatkan serat dan menurunkan energi metabolis ransum. Kandungan serat ransum yang tinggi ini mampu menurunkan lemak sebesar 25g dalam 100g pada daging ayam kampung Cahyono, 2001. Selain itu, apu-apu mengandung senyawa kimia penting yaitu flavonoid yang dikenal sebagai anti kolestrol Depkes, 2009. 7 Pakan Fermentasi Pakan merupakan bahan hasil dari pertanian, perikanan, peternakan dan industri yang mengandung nutrisi dan masih layak dipergunakan sebagai pakan ternak, baik yang sudah diolah maupun yang belum diolah. Bahan pakan dapat digolongkan menjadi tiga yaitu pakan tambahan, pakan penguat dan pakan hijauan Sudarmono dan Sugeng, 2008. Pakan hijauan merupakan pakan yang berasal dari hijauan dalam betuk daun โ€“ daunan yang biasanya disebut makanan kasar, hijauan dapat diberikan dalam dua macam bentuk yaitu hijauan segar dan kering. Pakan hijauan umumnya mengandung kadar serat kasar yang relatif tinggi, sehingga tidak dapat diberikan langsung pada ternak unggas karena mempunyai nilai kecernaan yang rendah Nasution, 1986. Gulma air seperti eceng gondok Eichcornia crassipes, duckweed Lemnaceae, kiambang Salvinia molesta, Azollamicrophylla, dan Apu-apu Pistia stratiotes L merupakan pakan hijauan yang berpotensi sebagai pakan unggas, karena kandungan proteinnya yang relatif tinggi Rusoff et al.,1980; Rahmawati dkk., 2002; Agung dkk., 2007; Laterme et al., 2009. Kiambang juga berpotensi sebagai pakan ternak dengan kandungan nutrisi seperti lemak kasar 6,19%, energi kkal/kg, protein kasar 16,64% serta mengandung asam amino esensial serta mineral seperti Ca, K, Mg, dan P Agung dkk., 2007; Laterme et al., 2009. Namun demikian, seperti hijauan lainnya gulma air juga mempunyai kendala dalam pemanfaatannya karena kandungan serat kasar yang relatif tinggi, sehingga belum dapat diberikan secara maksimal dalam ransum unggas. Untuk itu 8 perlu dilakukannya upaya dalam menurunkan serat kasar serta meningkatkan nilai nutrisi pada limbah dibutuhkan suatu proses yang dapat meliputi proses fisik, biologis, dan kimiawi antara lain teknologi fermentasi Pasaribu, 2007. Melalui aplikasi bioteknologi baik melalui suplementasi, fermentasi maupun penambahan probiotik yang dapat mengurangi efek negatif dari limbah gulma tanaman pada bahan pakan Bidura, 2006. Fermentasi merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kualitas nutrisi. Pada proses fermentasi terjadi reaksi dimana senyawa kompleks diubah menjadi senyawa yang lebih sederhana dengan bantuan enzim dari mikroorganisme serta dapat mensistensis beberapa vitamin yang kompleks antara lain ribovlavin, vitamin B12 dan vitamin A. Hidayati, 2011. Menurut Widayanti 1996 fermentasi adalah suatu proses yang dilakukan mikroorganisme terhadap suatu subserat secara aerob dan anaerob untuk menghasilkan asam organik. Pada proses fermentasi faktor-faktor yang harus diperhatikan agar mikroorganisme dapat tumbuh dan berkembang baik adalah suhu, pH, air dan oksigen Fardiaz, 1987. Binosil Ada berbagai mikroorganisme dapat digunakan dalam proses fermentasi untuk meningkatkan kualitas nutrisi gulma air sebagai bahan pakan unggas. Mangisah dkk, 2006 melaporkan, pemberian eceng gondok yang difermentasi menggunakan Aspergillus niger hingga 5% dalam ransum ayam broiler menghasilkan kecernaan yang menyamai pakan komersil sebagai pakan kontrol. Peningkatan nutrisi gulma air pada daun eceng gondok fermentasi diduga karena kemampuan Aspergillus niger dalam menghasilkan enzim amilase, selulase dan 9 amilo glukosidase yang mampu mendegradasikan selulosa dan hemiselulosa menjadi gula sederhana dan meningkatkan kandungan protein serta menurunkan serat kasar Judoamidjojo dkk., 1989. Setiyatwan 2007 juga melaporkan terjadinya peningkatan kandungan protein kasar sebesar 4,83% dan penurunan kandungan serat kasar sebesar 76,15% pada duckweed yang difermentasi menggunakan inokulum Trichoderma harzianum sebanyak 3x107 spora/100 gram substrat dengan lama pemeraman 24 jam. Zaman dkk. 2013 mengemukakan bahwa pemberian kiambang yang difermentasi menggunakan ragi tempe hingga 50% dalam ransum dapat meningkatkan biomassa ayam pedaging serta memperbaiki nilai konversi pakan. Salah satu produk inokulum produksi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI adalah binosil yang merupakan mikroorganisme campuran yang hampir sama dengan EM4 yang bermanfat dalam proses fermentasi karena mampu membantu meningkatkan efesiensi kecernaan suatu bahan pakan. Binosil merupakan bakteri yang dihasilkan dari bahan alami yang didalamnya terdapat berbagai jenis bakteri BAL yaitu Lactobacillus collinoides, Lactobacillus Delbreclei, Pedicoccus, Enterococcus, Leuconostoc, Yeast dan Fungi. Bakteri asam lakat adalah bakteri fotosintetik membentuk zat-zat bermanfaat yang dapat menghasilkaan asam amino, asam nukleat dan zat bioaktif yang berasal dari gas berbahaya serta berfungsi untuk mengikat LIPI, 2015. Hasil penelitian Rahmi 2015 melaporkan bahwa proses silase jagung putih yang difermentasi dengan binosil dan EM4 selama 21 hari menunjukan penurunan kandungan serat kasar 17,76% dan meningkatkan kandungan protein kasar 8,66%, serta mencapai pH 3,6. 10 Ayam Broiler Gordon dan Charles 2002, menyatakan bahwa ayam broiler adalah ayam hibrida modern yang berjenis kelamin jantan dan betina yang dikembangbiakkan oleh perusahaan pembibitan khusus. Kata broiler berasal dari kata kerja โ€to broilโ€ sate yang sering disama artikan dengan makna bahasa Inggris Amerika yaitu โ€to grillโ€ memanggang. Ensminger 1992, menyatakan bahwa ayam ras pedaging adalah ayam muda yang berumur 6-9 minggu dengan jenis kelamin yang berbaur dalam pemeliharaannya. Ciri-ciri ayam ras pedaging mempunyai tekstur kulit dan daging daging yang lembut, serta tulang dada merupakan tulang rawan yang fleksibel. Persyaratan mutu bibit ayam ras pedaging atau DOC menurut SNI 2005, yaitu berat DOC per ekor minimal 37 g dengan kondisi fisik sehat, kaki normal, dapat berdiri tegak, tampak segar dan aktif, tidak dehidrasi, tidak ditemukan kelainan bentuk dan cacat fisik, sekitar pusar dan dubur kering. Warna bulu seragam sesuai dengan warna galur dan kondisi bulu kering dan berkembang serta jaminan kematian DOC maksimal 2%. Untuk mewujudkan kemampuan genetik ayam broiler diperlukan pemeliharan, pencegahan penyakit dan pemberian ransum yang baik maka NRC 1994, membuat patokan kebutuhan nutrisi bagi ayam broiler. Kebutuhan protein untuk umur 0-3 minggu, 3-6 minggu dan 6-8 minggu masing-masing 23%, 20% dan 18% pada tingkat EMP 3200 kkal/kg NRC, 1994. Agustina 1995, menyatakan bahwa kandungan protein 22,51% dan energi sebesar kkal menghasilkan pertambahan bobot badan, konsumsi, dan konversi yang paling nutrisi ayam broiler periode srater dan 11 Starter Finisher 1. Kadarair % Maks. 14,0 Maks. 14,0 2. Protein kasar % Min. 19,0 Min. 18,0 3. Lemak kasar % Maks. 7,4 Maks. 8,0 4. Serat kasar % Maks. 6,0 Maks. 6,0 5. Abu % Maks. 8,0 Maks. 8,0 6. Kalsium Ca % 0,90 โ€“ 1,20 0,90 โ€“ 1,20 7. FosforP total % 0,60 โ€“ 1,00 0,60 โ€“ 1,00 8. Energi Termetabolis EM Kkal/Kg Min. 2900 Min. 2900 finisher sesuai Badan Standar Nasional Indonesia BSNI No 01-3931-2006 dapat dilihat pada Tabel Tabel Kebutuhan nutrisi ayam pedaging periode starter dan finisher Periode Pemeliharaan NO Parameter Satuan Sumber BSNI No 01-3931-2006 Neto et al. 2000 menyatakan bahwa dengan pemberian energi sebesar kkal dan protein 24% sangat nyata memberikan pertambahan bobot badan dan konversi ransum yang paling baik pada umur 0-21 hari. Temim et al. 1999 berpendapat bahwa dengan peningkatan pemberian kadar protein dari 20 sampai 25% dapat memperbaiki pertumbuhan dan efisiensi ransum pada umur 4-6 minggu. Hal ini erat kaitannya dengan efisiensi ransum karena semakin dewasa ayam maka nilai efisiensi ransum akan semakin besar. Situasi ini terjadi karena ayam yang semakin berat akan makan lebih banyak ransum untuk menjaga ukuran berat badan, maka dari itu penggunan protein sebesar 80% untuk menjaga berat badannya yang besar dan 20% untuk pertumbuhan sehingga efisiensi ransumnya menjadi kurrang baik Leeson, 2000 12 Saluran Pencernaan dan Organ Dalam Ayam Broiler Zainal 2007 menyatakan saluran pencernaan merupakan organ penting yang memiliki fungsi untuk mengubah bahan makanan menjadi hasil berupa daging maupun telur yang memiliki nilai tinggi dan bermanfaat bagi kebutuhan manusia. Gillespie 2004 menyatakan bahwa sistem pencernaan unggas berbeda dengan sistem pencernaan hewan lainnya. Saluran pencernaan pada ayam pedaging terdiri dari mulut, kerongkongan esophagus, tembolok crop, proventikulus, rampela, usus halus small instentine, usus buntu sekum, usus besar large instentine, kloaka dan anus North and Bell, 1990. Menurut North and Bell 1990, pada dasarnya alat-alat pencernaan berguna dalam membantu proses pemasukan, penyimpanan, pencernaan maupun pembuangan bahan-bahan yang tidak berguna lagi bagi tubuh. Frandson 1992 menyatakan fungsi dari saluran pencernaan adalah untuk menyiapkan makanan supaya zat-zat makan yang terkandung dalam ransum dapat diserap oleh dinding usus dan kemudian masuk kedalam sirkulasi darah. North and Bell 1990 menyatakan proses pencernaan makanan pada unggas dimulai dari esophagus yang kemudian langsung disalurkan menuju tembolok, di dalam tembolok pakan akan mendapatkan sekreta mokus yang berfungsi untuk menghaluskan pakan. Pakan yang sudah dihaluskan akan digiring menuju lambung kelenjer Proventikulus, disini pakan akan disimpan sementara dan bercampur dengan enzim pepsin dan amilase yang dihasilkan organ tersebut. Pakan yang sudah melewati lambung kelenjer akan bergerak menuju lambung otot yang merupakan organ yang memiliki otot yang kuat, dan disinilah pakan akan dihancurkan. Pakan yang telah halus akan dikirim menuju usus halus, sekum, usus 13 besar, dan berakhir di kloaka. Waktu yang dibutuhkan seekor unggas untuk mencerna pakan dalam saluran pencernaan hanya membutuhkan 8-12 jam Scanes et al., 2004. Pemormans saluran pencernaan dipengaruhi oleh kesehatan usus, lingkungan, sekresi endogenous dan aditif Gauthier, 2002. Partikel-partikel yang besar secara mekanik akan diperkecil dengan tujuan saluran pencernaan berikutnya. Untuk memudahkan proses pencernaan mekanis maupun enzimatis dalam mempersiapkan ransum ternak banyak dilakukan dengan menggiling bahan-bahan ransum tersebut Parakkasi, 1990. Amrullah 2004 menyatakan bentuk paruh pada unggas disesuaikan dengan bentuk makanannya, di mulut terjadadi proses pencernaan enzimatis dengan bantuan enzim saliva dalam jumlah sedikit. Yuanta 2004 menyatakan mulut menghasilkan saliva yang mengandung amilase dan maltase saliva, produksi saliva 7-30 ml/hari tergantung pada jenis pakan, selanjunya makanan akan diteruskan ke esophagus, esophagus membentang disepanjang leher dan thorax, kemudian berakhir di proventikulus, esophagus menghasilkan mukosa yang berfungsi melicinkan pada menuju crop tembolok merupakan kantong tempat penyimpanan makan sementara Crompton, 1999 kemudian makanan dilanjutkan ke proventikulus, pada proventikulus terdapat enzim pepsin yang berguna membantu pencernaan protein dan hydrochloric acid yang disekresi oleh glandular cell, sekresi enzim bekerja dan mengalir ke ventriculus Muljowati, 1999. Menurut Pond et al. 1995, bahwa ventriculus berfungsi menggiling atau memecah partikel makanan supaya ukurannya menjadi lebih kecil. Penggilingan makanan akan lebih cepat dengan adanya bahan abrasive seperti grit krikil, batu dan pasir yang masuk melalui mulut North and Bell, 14 1990 selanjutnya makanan diteruskan ke usus halus duodenum, jejenum, ileum. Menurut Pond et al. 1995 bahwa pH usus halus cenderung asam, namun mampu mencerna protein, karena dibantu oleh enzim-enzim proteolitik. Akoso 1993 menambahkan bahwa usus halus berfungsi sebagai penggerak aliran ransum dalam usus dan tempat penyerapan sari makan, di mana dinding duodenum akan mensekresikan enzim yang mampu meningkatkan pH zat makanan yang masuk, sehingga kelarutan dan penyerapan di jejenum dan ileum akan lebih meningkat, selain itu, duodenum merupakan pusat terjadinya liposisis dalam tubuh, sedangkan jejenum merupakan tempat penyerapan zat makanan terbesar, ileum merupakan tempat pertumbuhan bakteri saluran pencernaan. Sistematis saluran pencernaan pada ayam broiler dapat dilihat Gambar Gambar Sistem saluran pencernaan pada Ayam Pedaging Rasyaf, 1992 Proventrikulus Proventrikulus merupakan suatu pelebaran dari esophagus sebelum berhubungan dengan gizzard Suprijatna dkk., 2005. Proventrikulus berukuran lebih kecil, jauh lebih tebal dibandingkan dengan eshopagus, serta tempat terjadinya pencernaan enzimatis Amrullah, 2004. Menurut Scanes et al. 2004, 15 di dalam proventrikulus terjadi sekresi cairan lambung, asam seperti HCI dan mucus. Ensminger 1992 menyatakan proventrikulus berfungsi untuk memecah, mensekresikan cairan lambung yaitu pepsin dan asam hidroklorida. Pepsin berfungsi untuk memecah molekul protein sedangkan asam hidroklorida berfungsi untuk merubah susasana lambung dari basa menjadi asam. Makanan yasng masuk kedalam proventrikulus akan dicerna secara cepat dan terbatas. Piliang dan Djojosoebagio 2006 menyatakan bahwa kondisi pH yang ideal untuk aktiviras sekresi cairan lambung adalah 0,91 asam. Menurut Kirkpinar et al. 2011, persentase bobot proventrikulus ayam broiler umur enam minggu adalah sekitar 0,37% dari bobot hidup. Menurut Usman 2010, bobot proventrikulus mencapai 0,45% dari bobot hidup Yaman 2010 menyatakan berat proventrikulus berkisar 7,5-10 g. Ventrikulus Ventrikulus gizzard disebut juga lambung otot merupakan organ yang terpenting dalam sistem pencernaan unggas yang terletak antara proventrikulus dengan usus halus North and Bell, 1990. Amrullah 2004 menyatakan pencernaan mekanik pada unggas tidak terjadi didalam mulut melainkan organ yang berperan penting dalam pencernaan mekanik pada unggas adalah ventrikulus. Ventrikulus berisi bahan-bahan yang mudah terkikis seperti pasir, karang, dan kerikil. Partikel makanan yang berukuran besar akan dipecah menjadi partikel-partikel yang sangat kecil sehingga dapat masuk kedalam saluran pencernaan Bell dan Weaver, 2002. 16 Menurut Pond et al. 1995, Ventrikulus berfungsi sebagai pengganti peran gigi yaitu menggiling atau memecah partikel makananagar ukurannya menjadi lebih kecil. Penggilingan makanan akan lebih mudah dan cepat dengan adanya bahan abrasif seperti pasir dan batu kecil grit yang masuk melalui mulut Nort dan Bell, 1990. Grit dalam ventrikulus berfungsi untuk mengoptimalkan pencernaan makanan yang ada didalam karena dapat meningkatkan motilitas makanan, aktivitas menggiling makanan dan meningkatkan kecernaan ransum Sturkie, 1976. Ukuran ventrikulus mudah berubah tergantung makanan yang di makan unggas tersebut Amrullah, 2003. Pryliana 1984 menyatakan bahwa bobot ventrikulus di pengaruhi oleh kadar serat kasar banyak serat kasar yang di kosumsi, maka aktivitas ventrikulus juga akan semakin tinggi, sehingga bobot ventrikulus juga akan semakin besar. Putnam 1991 menyatakan bahwa bobot ventrikulus berkisar dari 1,6-2,3% dari bobot hidup. Brake et al. 1993, menambahkan bahwa pada umur lima minggu bobot ventrikulus ayam betina sekitar 2% dan pada ayam jantan sekitar 1,8% dari bobot badan. Hasil penelitian Mustaqim 2006 menghasilkan bobot ventrikulus ayam pedaging umur 35 hari dengan persentase sebesar 1,38% pada perlakuan kontrol dan Maya 2002 sebesar 2,6% juga dalam perlakuan kontrol. Menurut Leeson and Summer 1997, bahwa bobot ventrikulus ayam pedaging pada umur 24 hari adalah 1,45%. Hal ini disebabkan oleh jumlah pakan serat kasar semakin tinggi dalam ransum ternyata meningkatkan panjang ventrikulus tersebut, yang berfungsi untuk memperluas daerah penyerapan. 17 Bobot ventrikulus dipengaruhi oleh umur, bobot badan dan makanan. Pemberian makanan yang lebih banyak akan menyebabkan aktivitas ventrikulus lebih besar untuk mencerna makanan sehingga urat daging ventrikulus menjadi lebih tebal dan membesar ukuran ventrikulus Prilyana,1984. Yaman 2010 menyatakan panjang ventrikulus ayam pedaging umur 35 hari berkisar 5-7,5 cm dan berat 44 g. Usus Halus Usus Halus merupakan organ utama tempat berlangsungnya pencernaan dan absorpsi produk pencernaan penyerapan zat-zat makanan. Terdapat berbagai enzim dalam usus halus yang berfungsi mempercepat dan mengefesiensikan pemecahan karbohidrat, protein, serta lemak untuk mempermudah proses absorpsi Suprijatna dkk., 2005. Usus halus terdiri dari tiga bagian, yaitu duodenum bagian depan, jejunum bagian tengah dan ileum bagian belakang Pond et al. 1995. Menurut Pond et al. 1995, bahwa pH usus halus cenderung asam, namun mampu mencerna proin, karena dibantu oleh enzim-enzim proteolitik. Luas permukaan usus dapat meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah vili usus yang berfungsi untuk penyerapan Frandson, 1992. Perkembangan usus halus dipengaruhi oleh kandungan serat kasar dalam ransum yang dikonsumsi. Leeson dan Summer 1997 menyatakan bahwa bobot usus halus ayam pedaging pada umur 24 hari adalah 4,1%. Akoso 1993 menambahkan bahwa usus halus berfungsi sebagai penggerak aliran ransum dalam usus dan tempat penyerapan sari makanan. 18 Kemampuan ini ditunjang oleh adanya selaput lendir yang dilengkapi denagan jenjot usus yang menonjol seperti jari dan bertekstur lembut, sehingga penyerapan zat-zat makanan bias maksimal. Perkembangan usus halus dipengaruhi oleh kandungan serat kasar dalam ransum yang dikonsumsi. Ayam dewasa memilki usus halus sepanajang 1,5 m. bagian duodenum bermula dari ujung distal rampela. Bagian ini berbentuk kelokan yang biasa disebut duodenal loop. Pancreas menempel pada kelokan ini yang berfungsi mensekresiakan prancreatic juice yang mengandung enzim amilase, lipase, dan tripsin. Jejunum dan ileum merupakan segmen yang sulit dibedakan pada saluran pencernaan ayam. Beberapa ahli menyebutkan kedua segmen ini sebagai usus halus bagian bawah Suprijatna dkk., 2005. Aliran ransum dalam sistem pencernaan ungags sangat cepat. Berbeda dengan hewan ruminansia yang memiliki kemampuan untuk mencerna selulosa. Hal tersebut disebabkan sedikitnya bakteri dalam saluran pencernaan unggas sehingga ransum berserat hanya sedikit yang dapat dicerna Blakely dan Bade, 1991. Ressang 1984 menyatakan pemanjangan usus dapat disebabkan radang usus. Radang usus ditandai dengan menurunnya nafsu makan dan kondisi tubuh yang memburuk. Rasa nyeri pada radang mengakibatkan rangsangan atas ujung-ujung syaraf sensoris yang selanjutnya akan meningkatkan frekuensi dan intensitas peristaltic usus. Peningkatan intensitas peristaltic usus akan meningkatkan panjang usus. 19 III MATERI DAN METODE

apu apu untuk pakan ayam